MAKALAH TEORI ASAM BASA
MAKALAH
KIMIA ANALIS
“TITRASI
ASAM-BASA”
DISUSUN
OLEH :
A’AFIF
AMIRUL AMIN
ARUM
FAJARWATI
DWI
AMBIKA PRIHISTINI
NARULLITA
ERRIGA P
S1-FARMASI
STIKes
KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kimia analis tentang titrasi asam-basa
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ikimia analis ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kimia analis tentang titrasi asam basa ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ikimia analis ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kimia analis tentang titrasi asam basa ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca
Tulungagung
, 04 November 2015
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II ISI
2.1 teori asam-basa
2.2
kelayakan titrasi
2.3 disosiasi
2.4 kesetimbangan kimia
2.5 hukum kegiatan massa
2.6
indikator asam-basa
2.7 aplikasi metode titrasi asam-basa
dan contoh obat
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesetimbangan asam-basa
merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain
yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, dan pertanian. Titrasi
yang melibatkan asam dan basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik
banyak produk komersial, dan penguraian asam-basa mempunyai pengaruh yang
penting atas proses-prose smetabolisme dalam sel hidup. Perlu dipahami dulu
bahwa reaksi asam-basa terdiri dari reaksi penetralan dapat dilakukan dengan
titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa terdiri dari titrasi asam kuat,
basa kuat titrasi asam kuat-basa lemah. Titrasi asam basah ini ditentukan oleh
titik ekuivalen dengan menggunakan indikator asam-basa.
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang teori asam-basa,
kelayakan titrasi, disosiasi, kesetimbangan kimia, hukum kegiatan massa,
indikator asam-basa, aplikasi metode titrasi asam-basa untuk senyawa obat,
contoh obat yang bisadigunakan dengan titrasiasam-basa.
BAB II
ISI
TITRASI
ASAM BASA
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah
titrasi. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat
habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui
kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya
disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau
“titrat” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun
titran biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi
asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau aside alkalimetri,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya. (Pada site ini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).
2.1
TEORI ASAM BASA
1. Teori asam dan basa Arrhenius
Asam adalah zat yang menghasilkan ion
hidrogen ( H+) dalam larutan.
Contoh reaksi larutan asam :
HCl ---> H+ + Cl-
Contoh reaksi larutan basa :
NaOH ---> Na+ + OH-
Penetralan terjadi karena ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida
(OH-) bereaksi untuk menghasilkan air.
Dalam reaksi lengkapnya penetralan asam dengan basa
atau sebaliknya basa dengan asam akan menghasilkan garam dan air (H2O). Sebagai contoh adalah Natrium hidroksida (basa) yang dinetralkan dengan
Asam Klorida (asam) sebagai berikut :
2.
Teori asam dan basa
Bronsted-Lowry
Asam adalah donor proton (ion hidrogen).
Basa adalah akseptor proton (ion
hidrogen).
Hubungan antara teori Bronsted-Lowry dan
teori Arrhenius
Teori Bronsted-Lowry tidak berlawanan dengan teori
Arrhenius - Teori Bronsted-Lowry merupakan perluasan teori Arrhenius. Bila
dalam teori Arrhenius NaOH digolongkan sebagai basa karena melepaskan OH-
maka dalam teori Bronsted-Lowry NaOH digolongkan sebagai basa karena OH-
yang dihasilkan dalam penguraian NaOH mampu menerima H+ (proton) dan
membentuk H2O (air).
Dari gambaran di atas terlihat yang berfungsi sebagai
asam adalah H3O+ (ion hidroksonium) karena mampu melepaskan/mendonorkan H+
sehingga setelah melepas H+ berubah senjadi air (H2O). Sedangkan yang berfungsi sebagai basa adalah OH- (ion
hidroksida) karena mampu menerima/akseptor ion H+ sehingga berubah
jadi air (H2O).
3.
Teori asam dan basa
Lewis
Asam adalah akseptor pasangan elektron.
Basa adalah donor pasangan elektron.
Hubungan antara teori Lewis dan teori Bronsted-Lowry
Basa Lewis
Basa Lewis adalah donor (penyumbang) pasangan
elektron. Hal yang paling mudah untuk melihat hubungan tersebut adalah dengan
meninjau dengan tepat mengenai basa Bronsted-Lowry, menurut Bronsted-Lowry
suatu zat disebut basa ketika mampu menerima ion hidrogen. Tiga contoh basa menurut
Bronsted-Lowry adalah ion hidroksida, amonia dan air (saat direaksikan dengan
asam), dan ketiganya bersifat khas.
Teori Bronsted-Lowry mengatakan bahwa ketiganya
berperilaku sebagai basa karena ketiganya bergabung dengan ion hidrogen. Tapi
Teori Lewis mempunyai alasan tersendiri kenapa ketiga2nya dapat digolongkan
sebagai basa. Alasan ketiganya bergabung dengan ion hidrigen adalah karena
ketiganya memiliki pasangan elektron mandiri – dan kedua teori itu sama2
terbukti kebenarannya sesuai dengan gambaran di atas.
2.2 KELAYAKAN TITRASI
Reaksinya harus sempurna pada titik ekivalen.
Derajat kesempurnaan reaksi menentukan ukuran dan ketajaman bagian vertical
dari kurva titrasi. Semakin besar tetapan kesetimbangan, semakin sempurna
reaksinya, semakin besar perubahan PH dekat titik ekivalen, dan semakin mudah
untuk menempatkan titik ekivalen dengan presisi yang bagus.
Suatu reaksi
kimia cocok digunakan dalam titrasi,reaksinya harus sempurna pada titik
ekivalen. Derajat kesempurnaan reaksi menentukan ukuran dan ketajaman bagian
vertikal dari kurva titrasi. Semakin besar tetapan kesetimbangan, semakin
sempurna reaksinya, semakin besar
perubhan Ph dekat titik ekivalen, dan semakin mudah untuk menempatkan titik
ekivalen dengan presisi yang bagus. Kesempurnaan reaksi berhubungan dengan
kelayakan praktis dari titrasi. Secara teori, bisa menempatankan titik ekivalen
dari suatu reaksi yang tidak berjalan sempurna, tetapi secara praktis itu sulit.
Tetapan kesetimbangan untuk titrasi
asam-kuat dengan basa kuat sangat besar :
H3O+ + OH- 2H2O
K= = 1,0 X 10 14
2.3 PH HASIL REAKSINYA
pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan dari suatu larutan.Besarnya ΔpH pada titik ekivalen juga bergantung pada
konsentrasi analis dan titran.
1. Semakin kecil nilai Ka+ semakin tinggi
Ph pada tieik ekivalen dan semakin kecil ΔpH.
2. (a) Meningkatnya banyak HA yang
dititrasi dalam volume awal yang sama akan menurunkan ΔpH. Namun bertambahnya
HA, ini akan meningkatkan volume titran yang dibutuhkan, mengubah galat
tertentu dalam menentukan titik akhir menjadi galat relatif kecil.
(b) Jika volume HA yang
sama dititrasi tetapi volume awal dikurangi, ΔpH meningkat. Ini disebabkan
terutama oleh fakta bahwa titran yang berlebih berada dalam volume yang
lebih kecil.
3.
meningkatnya konsentrasi titran meningkatnya ΔpH. Ini menurunkan volume titran
yang dibutuhkan, sehingga membuat galat
tertentu menjadi galat relatif yang lebih besar.
Untuk titrasi sejumlah asam lemah tertentu, prosedur yang
direkomendasikan untuk meningkatkan ΔpH adalah Jika volume HA yang sama
dititrasi tetapi volume awal dikurangi, ΔpH meningkat. Dimulai dengan volume yang lebih kecil,yaitu
dengan meningkatnkan ΔpH pada titik ekivalen walau menggunakan volume titran
yang sama.
2.4 KESETIMBANGAN
KIMIA
Pada reaksi yang berlangsung
bolak balik, ada saat dimana laju terbentuknya produk sama dengan laju
terurainya kembali produk menjadi reaktan. Pada keadaan ini, biasanya
tidak terlihat lagi ada perubahan. Keadaan reaksi dengan laju reaksi
maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi baliknya (ke kiri) dinamakan keadaan
setimbang. Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang disebut Sistem
Kesetimbangan
Ciri-Ciri Kesetimbangan kimia
1.
Hanya terjadi dalam wadah tertutup,
pada suhu dan tekanan tetap
2.
Reaksinya berlangsung terus-menerus
(dinamis) dalam dua arah yang berlawanan
3.
Laju reaksi maju (ke kanan) sama
dengan laju reaksi balik (ke kiri)
4.
Semua komponen yang terlibat dalam
reaksi tetap ada
5.
Tidak terjadi perubahan yang
sifatnya dapat diukur maupun diamati.
2.5
INDIKATOR ASAM-BASA
2.7.1 TEORI PERILAKU INDIKATOR
Analis memamfaatkan perubahan besar
dalam pH yang terjadi dalam titrasi untuk menetapkan kapan titik
kesetaraan itu tercapai. Terdapat banyak asam dan organic lemah yang bentuk ion
dan bentuk asosiasinya menunjukkan warna yang berlainan. Molekul –
molekul semacam itu dapat digunakan untuk menetapkan kapan titik titrasi
indicator akhir atau disebut visual indicator.
Suatu contoh sederhana adalah
p-nitrofenol, yang merupakan asam lemah, betuk tak terdisosiasinya tak
berwarna, namun anionnya yang mempunyai system ikatan rangkap tunggal selang
seling (Konjugation System) yang berwarna kuning. Molekul atau ion yangmemiliki
system konjugasi semacam itu menyerap cahaya yang lebih panjang. Panjang
gelombangnya lebih panjang dari pada molekul – molekul yang tak memiliki system
konjugasi. Cahaya yang diserap sering kali tampak didalam spectrum karena
molekul atau ion itu berwarna.
Indicator fenolftaein yang kita
kenal adalah asam dwi protik dan tak berwarna, mula – mula zat ini berdisosiasi
menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian ketika kehilangan proton kedua
menjadi ion dengan system konjugasi maka timbullah warna merah.
(R.A Day. 1992. Analisa Kimia
Kuantitatif)
Untuk
mengetahui apakah sebuah zat bersifat “asam” atau “basa”, dapat ditentukan
dengan menggunakan suatu indikator. Indikator yang biasa digunakan terbagi
menjadi 2 golongan, yaitu indikator tunggal dan indikator universal. Contoh
indikator yang sering digunakan adalah kertas lakmus dan larutan indikator.
1.
Indikator Tunggal
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau basa, tetapi tiak dapat menentukan harga pH dan pOH. Yang termasuk dalam indikator tunggal adalah :
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau basa, tetapi tiak dapat menentukan harga pH dan pOH. Yang termasuk dalam indikator tunggal adalah :
·
Lakmus merah dan biru
- Lakmus merah => berwarna merah dalam larutan asam, dan akan berubah warna menjadi biru bila dicelupkan ke dalam larutan basa.
- Lakmus biru => berwarna biru dalam larutan basa, dan akan berubah warna menjadi merah bila dicelupkan ke dalam larutan asam.
- Lakmus merah => berwarna merah dalam larutan asam, dan akan berubah warna menjadi biru bila dicelupkan ke dalam larutan basa.
- Lakmus biru => berwarna biru dalam larutan basa, dan akan berubah warna menjadi merah bila dicelupkan ke dalam larutan asam.
2. Fenolftalein
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam – basa sintetik yang memiliki rentang pH antara 8,00 – 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah.
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam – basa sintetik yang memiliki rentang pH antara 8,00 – 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah.
Metil jingga
Larutan metil jingga dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil jingga juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil jingga.
Larutan metil jingga dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil jingga juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil jingga.
Metil merah
Larutan metil merah sama dengan larutan metil jingga
Larutan metil merah sama dengan larutan metil jingga
3. Bromtimol
biru di dalam
larutan asam akan berwarna kuning, dalam larutan basa akan berwarna biru, dan
di dalam larutan netral akan berwarna biru kekuningan.
2.6 APLIKASI METODE TITRASI
ASAM BASA UNTUK SENYAWA OBAT
Aplikasi metode titrasi asam basa
untuk senyawa obat beserta contoh obatnya
- Asidimetri adalah analisis
volumetrik yang menggunakan larutan baku asam untuk menentukan jumlah basa
yang ada. Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan
baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada (Daintith, 1997).
Penggunaan asidimetri dan
alkalimetri dalam analisis obat adalah pada penetapan kadar:
Amfetamin
sulfat & tablet,amonia, as. Asetat glasial, As asetilsalisilat, as bensoat,
as Fosfat, as klorida, as nitrat, as retionat, as salisilat, as sitrat, as
sorbat, as sulfat, as tartrat, as undesilinat, benzilbenzoat, busulfan dan tabl, butil paraben, efedrin dan
tabl, etenzamid, etil paraben, etisteron, eukinin, furosemida, glibenklamida,
kalamin, ketoprofen, kloralhidrat, klonidin HCl, levamisol HCl, linestrenol,
magnesium hidroksida, magnesium oksida, ptu, sakarin-Na (FI ed IV)
- Penetapan
kadar antibiotic secra iodometri,metode ini digunakan utuk penetapan kadar
sebagian besar senyawa antibiotic penisilin dan bentuk sediaan nya yang
tercantum dalam farmakope ,dan titrasi iodometri merupakan metode yang
paling sesuai.(FI IV :953)
Contoh
obatnya amoksisilin ,ampisilin,ampisilin natrium,kloksasilin
natrium,siklasilin, dikloksasilin natrium dll.
- Titrasi
bebas air
Titrasi bebas air adalah suatu
titrasi yang tidak menggunakan air sebagai pelarut. Tetapi digunakan pelarut
organik seperti alkohol, eter atau pelarut-pelarut organik lain karena senyawa
tersebut tidak dapat larut dalam air, disamping itu kurang reaktif dalam air
seperti misalnya garam-garam amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih
dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik
lain dan direaksikan dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya
diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku
sedangkan senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan
metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang berupa garam natrium diasamkan
dahulu, kemudian senyawa yang tidak larut dalam air disari dengan pelarut lain
(organik), pelarut diuapkan dan sisa dikeringkan dan ditimbang. (Underwood,
1993: 168)
Contoh : Penentuan Kadar papaverin
HCl dengan metode titrasi bebas air.
- Kompleksometri merupakan
titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat
pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamin
tetra asetat (EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk komplels
dengan pembanding 1:1. Titrasi kompleksometri dikenal juga dengan reaksi
yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan berdasarkan
terbentuknya kompleks dari kelarutan.
Contoh : Penetapan Kadar Kalsium
Laktat Metode Kompleksometri
- Istilah argentometri diturunkan
dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
(Underwood, 1992)
Contoh : 1. penetapan kadar amonium
klorida (NH4Cl) dengan metode argentometri
2. Penetapan Kadar Efedrin Hcl
Metode Pengendapan (Argentometri)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Teori asam-basa ada 3 yaitu: Teori asam dan basa Bronsted-Lowry, Teori asam
dan basa Arrhenius, Teori asam dan basa Lewis
2. Kelayakan
titrasi : Reaksinya harus sempurna pada titik
ekivalen. Derajat kesempurnaan reaksi menentukan ukuran dan ketajaman bagian
vertical dari kurva titrasi. Semakin besar tetapan kesetimbangan, semakin
sempurna reaksinya, semakin besar perubahan PH dekat titik ekivalen, dan
semakin mudah untuk menempatkan titik ekivalen dengan presisi yang bagus.
3. Ph hasil reaksi :
Untuk titrasi sejumlah asam lemah
tertentu, prosedur yang direkomendasikan untuk meningkatkan ΔpH adalah Jika
volume HA yang sama dititrasi tetapi volume awal dikurangi, ΔpH meningkat. Dimulai dengan volume yang lebih kecil,yaitu
dengan meningkatnkan ΔpH pada titik ekivalen walau menggunakan volume titran
yang sama.
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Retnowati, Priscilla. 2006. SeribuPena KIMA. Jakarta: Erlangga.
Day,
R.A., dan Underwood, A.L.1993. Analisa Ilmu Kuantitatif. Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Day,
R.A., dan Underwood, A.L.2002. Analisa kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta.
Comments
Post a Comment